Sabtu, 25 Februari 2012

Urgensi Pengembangan Profesi Guru

Oleh Dwi Rohmadi Mustofa 
Alumni PMII& Pengurus LP Ma`arif Provinsi Lampung

Beberapa tahun terakhir, minat calon mahasiswa memasuki fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) meningkat. Artinya, profesi guru di masa depan dianggap menarik. Mengapa? Bisa jadi karena semakin baiknya perhatian pemerintah terhadap guru. Atau mungkin dinilai peluang menjadi guru dengan status pegawai negeri lebih terbuka.

MOTIF memasuki FKIP pasti beragam. Setiap orang punya alasan sendiri. Jawaban pasti ada di diri masing-masing calon mahasiswa itu. Tapi benarkah asumsi seperti itu? Pekerjaan apa pun pada hakikatnya membutuhkan keahlian. Apalagi kalau disebut profesi atau profesional. Selain mensyaratkan basis pendidikan tertentu, ia juga mengharuskan adanya pengembangan profesi berkelanjutan.

Tuntutan pengembangan profesi guru seiring dengan upaya untuk terus menerus meningkatkan kualitas pendidikan. Faktor eksternal seperti perkembangan teknologi, globalisasi, keterbukaan informasi, media komunikasi, serta teori-teori pendidikan dan pembelajaran mengharuskan profesi guru juga melakukan perubahan.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan peran guru dalam pendidikan dapat dilihat antara lain melalui program sertifikasi guru yang dilaksanakan mulai 2006. Upaya ini patut mendapat apresiasi dan dukungan, meski dalam praktiknya diperlukan evaluasi secara bertahap. Implementasi program sertifikasi bagi guru perlu pengawalan dan masukan perbaikan terutama dari pemangku kepentingan.

Usaha meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan profesionalisme guru merupakan kebijakan yang strategis. Hal ini dikarenakan tidak mungkin melakukan ’’potong generasi’’ maupun menyediakan sejumlah guru profesional dalam waktu singkat. Jadi pengembangan profesi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

Apa pun nama, istilah, dan bagaimana mekanisme peningkatan upaya pengembangan profesi guru, hal yang paling utama adalah bagaimana guru menyikapi itu sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru profesional hendaknya tidak selalu diidentikkan dengan tunjangan sertifikasi. Perolehan tunjangan sertifikasi bagi mereka yang telah menerimanya, ideal sebagian secara proporsional dialokasikan untuk pengembangan profesi. Katakanlah mengunjungi perpustakaan, studi banding, membeli buku, mengikuti seminar dan pelatihan, serta sebagainya.

Guru yang akan mengikuti sertifikasi perlu juga menyiapkan diri, setidaknya ditunjukkan dengan pelayanan kepada siswanya. Ini dilakukan dengan memberikan keteladanan dalam bertindak. Merencanakan dan membuat perangkat pembelajaran. Mengumpulkan ’’kredit poin’’ dengan jujur, tertib, dan disiplin. Secara pribadi, guru perlu membangun sikap dan mengembangkan tradisi perubahan ke arah peningkatan kemampuan dalam melakukan pembelajaran. Proses pembelajaran harus fungsional dalam rangka menyiapkan peserta didik menghadapi ’’dunia masa depan’’.

Jadi bukan menjejalkan pengetahuan sebanyak mungkin dan secepat mungkin. Sekarang adalah periode penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2011-2012 bagi perguruan tinggi swasta (PTS). Calon mahasiswa yang berencana memilih FKIP memiliki pilihan untuk memasuki PTS. Dalam melihat fenomena calon mahasiswa memasuki suatu perguruan tinggi, sebenarnya dapat dilihat dari dua sudut pandang; faktor pendorong dan penarik. Banyak pilihan program studi, seperti yang ditawarkan perguruan tinggi.

Faktor pendorong terutama kebutuhan diri calon mahasiswa terkait minat terhadap program studi dan pilihan perguruan tingginya serta kapasitas keluarga yang akan menopang biaya. Faktor minat ini harus menjadi perhatian penting, karena akan menyangkut suatu pilihan profesi utama di masa datang. Meski, output program studi perguruan tinggi dapat saja memasuki profesi lain di luar program studi saat kuliah. Memilih FKIP hendaknya didasarkan pada motivasi yang kuat untuk menjadi pendidik yang profesional. Ini adalah lapangan pengabdian bagi kemanusiaan dan pemajuan peradaban.

Sedangkan faktor penarik, di antaranya program studi yang ditawarkan oleh perguruan tinggi, citra perguruan tinggi, tarif atau biaya, fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki, pengajar yang kompeten dan profesional, serta sebagainya. Faktor ini juga penting diperhatikan mengingat kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan sangat bergantung pada komitmen dan integritas suatu program studi.

Yang paling mendasar bagi calon mahasiswa baru adalah perlunya melakukan perbandingan dan melihat langsung calon perguruan tinggi yang akan dimasuki. Jangan mudah tergoda oleh ’’angin surga’’ yang diembuskan melalui media promosi. Perlu pembuktian dengan kenyataannya dan komparasi dengan program sejenis.

Jika pilihan sudah ditentukan, langkah selanjutnya belajar sungguh-sungguh. Menghayati bidang keilmuan dan selalu berusaha menyelami profesi pendidikan. Secara alamiah, pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan guru harus ditingkatkan. Ini seiring dengan perkembangan lingkungan eksternal sekolah yang juga berkembang pesat. Bagaimanapun, lingkungan eksternal suatu organisasi berpengaruh penting bagi kemajuan organisasi. Jika tidak, organisasi sekolah menjadi organisasi usang.

Dalam konsep organisasi, dikenal istilah siklus hidup (*life cycle*), di mana dipahami bahwa organisasi layaknya organisme yang hidup. Ia bisa lahir, tumbuh, berkembang, dewasa, bahkan mati. Persoalannya, apakah ia akan mati ketika masih muda, atau sudah tua. Atau mati setelah dilahirkan, sebelum menginjak usia remaja.

Dengan personifikasi seperti itu, organisasi sekolah juga dituntut membangun tradisi perubahan dan pengembangan dalam semua elemen sekolah itu sendiri. Elemen dalam suatu sekolah di antaranya, guru dan tenaga kependidikan, kepemimpinan, peserta didik, penerapan teknologi informasi, dan sebagainya. Intinya semua yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini penting agar sekolah tetap mampu menjadi tempat belajar yang aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran yang seperti itu menjadi tumpuan harapan pendidikan yang berkualitas.

http://radarlampung.co.id/read/opini/38955

Tidak ada komentar:

Posting Komentar